ManfaatdanKerugian
PLTU Cilacap
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)
berbahan bakar batubara memiliki dua reputasi yang saling bertolak belakang. Di satu pihak PLTU batubara mempunyai reputasi baik karena mampu memproduksi listrik dengan biaya paling murah dibandingkan sistim pembangkit listrik lainnya. Biaya operasi PLTU batubara kuranglebih 30
% lebih rendah dibandingkan sistim pembangkitlistrik yang lain. Namun di lain pihak, PLTU
batubara juga mempunyai reputasi buruk karena merupakan sumber pencemar utama terhadapat mosfer kita. Selama ini reputasi bahan bakar fosil,
terutama batubara, memang sangat buruk apabila dikaitkan dengan masalah pencemaran
lingkungan seperti yang baru-baruiniterjadi di cilacapterkaitdengan flay ash
batubara yang beterbangan kerumah penduduk disekitar penampungan flay ash
batubara. Walaupun stasiun pembangkit listrik batubara saat ini telah menggunakan
alat pembersih endapan (presipitator) untuk membersihkan partikel-partikel kecil
dari asap pembakaran batubara, namun hal yang harus sangat diperhatikan adalah senyawa-senyawa
seperti Sox dan NOx yang berbentuk gas dengan bebasnya naik melewati cerobong dan
terlepas ke udara bebas. Kedua gas tersebut dapat bereaksi dengan uap air yang
ada di udara sehingga membentuk H2SO4 (asamsulfat) dan HNO3 (asamnitrat). Keduanya dapat jatuh bersama-sama
air hujan sehingga mengakibatkan terjadinya hujan asam. Berbagai kerusakan lingkungan serta gangguan terhadap kesehatan dapat muncul karena terjadinya hujan asam tersebut. Keasaman Air Fenomena hujanasam sebetulnya sudah dikenali oleh para pemerhati lingkungan sejak tahun 1950-an. Namun masalahnya menjadi bertambah parah seiring dengan semakin meningkatnya permintaan energy listrik yang
disuplai melalui PLTU batubara. Masalah hujan asam mungkin akan merupakan masalah lingkungan jangka panjang yang
teramat serius. Hujan asam bias juga menjadi isu politik besar terutama karena sumber asal dan para korbannya sering berada di
tempat yang berbeda. Bahan pencemar NOx dan Sox dapat bergerak terbawa udara hingga ratusan bahkan ribuan kilometer, mencapai lintas batas antarnegara. Dalam keadaan udara bersih, air
hujan bersifat agak asam dengan derajad keasaman (pH) 5,6. Penyebab keasaman ini adalah adanya senyawa carbondioksida (CO2), suatu senyawa alamiah penyusun udara yang
dalam air hujan membentuk asam lemah. Senyawa ini dikeluarkan baik oleh manusia, hewan maupun tanaman melalui sistim pernafasan. Air hujan dikatagorikan sebagai asam apabila nilai pH-nya
di bawah 5,6. Air untuk konsumsi manusia harus memiliki nilai pH antara 6-9. Asam dalam air hujan menambah kemampuan air
itu untuk melarutkan dan membawa lebih banyak logam-logam berat keluar dari tanah, seperti merkuri (Hg) dan aluminium (Al). Air asam ini juga dapat melarutkan tembaga (Cu)
dan timbal (Pb) dari pipa-pipa logam untuk menyalurkan air.
Peristiwa ini tentu saja akan mengganggu persediaan air
untuk konsumsi manusia. Air dengan pH 5 menyebabkan beberapa ikan tidak mampu berkembangbiak.
Pada pH sekitar 4,5, ikan lenyap dari perairan. Sedang pada pH 4, perairan menjadi tanpa kehidupan.
Pada pH mendekati 3, daun Tanaman menjadi rusak. Di berbagai belahan dunia, manusia mulai semakin menyadari perlunya menyelamatkan lingkungan hidup. Tindakan-tindakan protektifkini sedang digiatkan untuk melindungi sumber-sumber alam yang
takternilai harganya ini dari kehancuran total. Dewasa ini manusia di berbagai belahan dunia mulai sadarakan perlunya menyelamatkan Lingkungan dengan cara mereduksi maupun menjinakkan polutan-polutan
yang terlepaske lingkungan. Beberapa negara maju telah mengeluarkan peraturan sangat ketat dan menanamkan investasi cukup besar dalam rangka mengurangi polusi udara dari gas buang. Untuk penyelesaian jangka panjang, salah satu cara yang
dapat ditempuh untuk menghindari terjadinya hujan asam adalah dengan menghentikan sumber hujan asam tersebut